Selasa, 20 Oktober 2015

power/HP bukanlah segalanya

Kebanyakan dari kita mengukur kekastaan suatu kendaraan pada power yang dimilikinya. Tapi menurut saya, power bukanlah segalanya. Karena kendaraan yang lebih memprioritaskan power justru tidak nyaman dipakai dalam situasi jalanan perkotaan atau sehari-hari yang tidak lepas dari stop and go, alasannya antara lain lebih boros bahan bakar, biaya perawatan mesin cenderung lebih mahal dan susah, serta kurang memiliki tenaga/kempos/minim akselerasi pada rpm rendah, dikarenakan kurangnya tenaga di rpm rendah menyebabkan lebih susah dalam mengendalikan karakter mesin saat berada di kemacetan atau situasi stop and go, kurang mampu membawa beban berat, serta kurang mampu untuk diajak pada lintasan jalan yang menanjak.

Kendaraan pada umumnya memakai karakter mesin yang lebih memprioritaskan torsi atau overstroke, dikarenakan beberapa keuntungan yang dimiliki untuk digunakan sehari-hari. Lalu mengapa pabrikan masih aja memproduksi kendaraan sehari-hari dengan mesin yang lebih memprioritaskan power ketimbang torsi?

Mesin dengan karakter overbore atau yang lebih memprioritaskan power cenderung lebih boros dikarenakan dalam penggunaannya mesin meraung pada rpm yang lebih tinggi ketimbang mesin overstroke atau yang lebih memprioritaskan torsi. Mesin overbore kempos buat rpm bawah, alias dari berhenti terus jalan itu engga ada tenaganya ketimbang mesin overstroke. Sehingga mau engga mau, usernya kudu make di rpm lebih tinggi. Trus, engga afdol biasanya mesin overbore kalo engga pake dohc, dan memang kebanyakan mesin overbore udah make dohc untuk mendukung performa mesin pada rpm tinggi. dohc udah pasti lebih boros ketimbang mesin sohc, tapi dohc menawarkan performa yang lebih baik ketimbang sohc.

Biaya perawatan mesin overbore cenderung lebih mahal dan susah. Mesin overbore kebanyakan menggunakan type dohc yang udah terkenal lebih rawan untuk rusak karena partnya lebih banyak, dan kalo rusak partnya lebih mahal. Kalo mesin dohc rantai ketengnya putus, klepnya bisa kebentur ama piston dan bengkok. Beda ama mesin sohc kalo rantai ketengnya putus risiko untuk rusaknya engga separah dohc. Dikarenakan mesin lebih banyak meraung pada rpm tinggi, maka usernya kudu lebih rajin ganti oli. Udah tentu, mesin yang banyak meraung pada rpm tinggi menyebabkan oli cepet nguap, serta suhu mesin lebih panas, apalagi menyebabkan part2 mesin lebih cepat aus. Serta asumsi saya, mesin overbore itu kayanya engga lebih awet daripada mesin sohc, hehe, menurut saya sih, tapi sepertinya memang iya apabila kedua mesin mendapatkan perlakuan yang sama.

Kurangnya tenaga di rpm rendah pada mesin overbore adalah benar2 suatu masalah apabila digunakan untuk sehari-hari. Bayangin, lo musti ngeret kopling kalo motor atau kendaraan lo dari keadaan diem terus jalan sambil gas agak di gas gede. Coba kalo dipakai di kemacetan, hehe. Pusing pala barbie. Empot2an kang kalo di rpm bawah, kaga nahan! nggak enak kan kalo dipakai sehari-hari!

Mesin overbore juga kurang handal buat bawa barang berat broo! bayangin, kalo kendaraan dalam keadaan diem, trus bawa kendaraan berat, dan kita tahu mesin overbore empot2an di rpm bawah? susah! enggak cocok kalo dipake buat bisnis macam truck, becak motor, dll!

Mesin overbore juga kurang handal kalo buat nanjak! sauah bro kalo dibuat touring muncak, kaga ada tenaganyaa!

Lalu apa keunggulannya mesin overbore?

Menurut saya keunggulannya cuma pas buat balapan. buat harian? no way! enggak nyaman, banyak mudharatnya! hehe, dikarenakan mesin overbore baru terasa tenaganya itu kalo udah rpm tinggi, kalo rpm rendah empot2an, trus juga lebih mampu mendapatkan top speed yang lebih tinggi ketimbang mesin overstroke. Trus kalo balapan kan engga ada istilahnya berhenti2, alias mesin bakal berada pada rpm tinggi yang konstan.

di motogp kalo analisa saya antara honda, ducati, yamaha  itu terletak pada konstruksi mesinnya ini. Kalo mesin yamaha sepertinya konstruksinya lebih panjang ketimbang mesin honda dan yamaha alias stroke yamaha lebih gede ketimbang honda ama ducati. Hal ini menyebabkan yamaha m1 kurang mampu untuk diajak trek lurus ketimbang honda atau ducati. Namun, kalo buat nikung trus akselerasi yamaha sepertinya lebih bagus. Trus konstruksi mesin honda dan ducati menggunakan model V twin, sedangkan yamaha paralel inline. Dimana model V twin menawarkan power yang lebih besar, serta efisiensi tata ruang namun mesin lebih susah dikendalikan, sedangkan paralel inline menawarkan mesin yang lebih halus serta mudah dikendalikan, namun tidak menawarkan power yang lebih besar. Pernah dengerkan kalo om rossi bilang ducati susah dikendaliin? atau marquez yang complain power motornya terlalu gede sehingga minta disunat powernya? Dan lagi jarak sumbu roda antara yamaha dan honda itu berbeda. Yamaha lebih panjang, yang menyebabkan motor lebih stabil, namun minus di cornering. Dan Honda lebih pendek, yang menyebabkan motor kurang stabil, namun lebih lincah saat cornering. Ya, plus minusnya kaya gitu, tapi sebenernya sama aja.

Kendaraan yang dijual dipasaran dengan karakter overbore itu kebanyakan disematin pada jenis motor berfairing, atau dimobil jenis sedan atau supercar. Kalo overstroke kebanyakan ada di motor naked, bebek, bus, minibus, truck, dan kendaraan sehari2. Jadi, apakah power adalah segalanya? engga juga. Tergantung tujuannya apa. kalo mau mbalap ya power, atau hanya sekedar ingin merasakan performa mesin yang yahud saat rpm tinggi, alias kendaraan buat pribadi. kalo buat kesekolah atau bisnis ya torsi lebih cocok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar